Chapter 001 - Fudo and His Little Sis

Fudo Jishida
by Mif Hoeda (OPFCI)

Di pagi itu, terlihat seseorang yang sedang bersiap-siap berlayar. Di sebuah desa yang bernama Shee pown village, lautan South Blue, bocah berusia 19 tahun itu terlihat sibuk mempersiapkan dirinya. Terlihat banyak orang mengiringi kepergiannya. Terdengar kasak-kusuk tidak jauh dari tempat bocah itu berdiri.

“Itu kak Fudo kan, Emi?” kata seorang gadis.

“Iya, itu Fudo yang disebut-sebut sebagai ‘Sang Pejuang’, cowok yang penyayang binatang itu,” kata gadis bernama Emi yang tadi ditanya.

“Aku bersyukur, dia akhirnya dipromosikan ke Impel Down di Grand Line sana,”

“Hem? Emank kau menyukainya, Ran? Wew, gosip nihh...,” sindir Emi.

“TENTU SAJA BUKAN! Aku bersyukur dia akhirnya pergi dari desa ini, Kak Fudo yang jahil dan suka ikut campur urusan kita itu....” sanggah Ranko sambil menghela nafas.

Seorang ibu tersenyum mendengar kasak-kusuk gadis-gadis itu. Fudo yang dimaksud, hanya tertawa kecil mendengarnya. Meski tidak tahu pasti apa yang dibicarakan, tapi Fudo merasa kalau dia yang dimaksud. Fudo melirik ke arah ibu yang tersenyum tadi. Fudo tersenyum lebar padanya sambil tertawa kecil. Dibalasnya senyum Fudo itu dengan senyuman kecil nan hangat. Kemudian sembari tetap menatap ke arah pantai tempat Fudo tengah bersiap, ibu tadi berbicara dengan gadis-gadis tersebut.

“Sepertinya kalian belum tahu banyak soal Fudo ya nak?”

“Soal apa bi?” Emi menyela.

“Fudo memang jahil, dasar bocah yang merepotkan. Dia bahkan bangga dikatain iseng dan sebagainya. Fufufu, tapi itu semua ada alasannya. Masa lalu Fudo sebenarnya cukup tragis, tapi bahkan dia sendiri selalu tersenyum atas penderitaannya.”

“Benarkah bi?” tanggap Ranko tak percaya.

“Tentu saja kalian tidak tahu, waktu itu kalian masih dalam gendongan ibu kalian. Kalian mau dengar? Begini ceritanya....



10 tahun yang lalu....

_______________________

“Kakak!” seorang gadis kecil berumur 5 tahun berlari ke arah bocah yang sedang menggembalakan kambing. Gadis kecil itu bernama Asako, dan dia mengenakan sebuah kain seperti slayer yang diikatkan di kepalanya.

“Ini susu dari kambing ayah yang kakak gembalain,” katanya sembari memberikan sebotol besar minuman berisi susu putih.

“Aku tidak tertarik!” jawab bocah tersebut yang ternyata Fudo di waktu kecil. “Aku lebih berminat dengan coklat,”

“Apa sih? Aku dan ayah sudah membuatkannya susah-susah, hargai dong!” Asako merajuk.

Fudo mengelus kepalanya pelan sambil tersenyum lebar, “Sampaikan pada paman, Fudo akan memberikan susu ini pada teman Fudo sebelah rumah.”

“Ung, kakak selalu gitu. Tiap aku memberikan sesuatu, kakak selalu memberikannya pada teman kakak. Mau kakak apa sih? Aku gak mau jadi adik kak Fudo lagi lo...” Asako memanyunkan bibirnya. Manja.

Fudo tersenyum lebar melihatnya. Dia menjawab, “Ibuku tidak bisa melahirkan anak lagi setelah melahirkanku, jadi aku gak bakal punya adik kandung. So, kamu mau bilang apapun, aku akan tetap menganggapmu adik.”

“Apaan sih kakak? Asako gak ngerti...”

“Geshishishishishi...., sampaikan saja pada paman pesanku tadi.” Fudo kemudian berlalu sambil menenteng botol susu tadi dan menggiring kambing-kambing itu ke tempat lain.

_______________________

“Fudo kecil senang sekali bermain dengan Asako, adiknya, atau setidaknya gadis kecil yang dipanggilnya adik. Dia sangat menyayanginya seperti adik kandung sendiri. Sampai...”

“Sampai apa bi?” tanya Ranko penasaran.

“Sebentar nak, bibi belum selesai bercerita.”

“Bibi bikin penasaran aja nih. Tapi omong-omong, kalo 10 tahun lalu Asako berumur 5 tahun, berarti lebih tua 2 tahun dari kami dong dong bi? Lantas di mana dia? Kenapa kami tidak mengenalnya?” sahut Emi tak sabar.

“Sebentar nak, biarkan bibi melanjutkan cerita bibi....

_______________________

Suatu hari, Fudo iseng jalan-jalan pagi. Dia ingin menikmati kicauan burung dan kokok ayam jantan di pagi hari. Musik yang menurutnya lebih merdu dari musik apapun di dunia ini. Di jalan, dia tidak sengaja bertemu dengan Asako. Terlihat Asako sedang membawa botol-botol susu. Sepertinya intuk dijual di pasar.

“Kak, nanti kita main lagi yah? Sekalian pas gembalain kambing ayah,” kata Asako sembari tersenyum riang.

“Tentu saja, namanya juga sama adik, kak Fudo bakalan nemenin dah kalo sanggup. Geshishishishi....” Kata Fudo sambil tertawa kecil.

“Tapi jangan main sama aku doank dong kak. Masa kakak gak bisa akrab ma temen-temen cewekku yang lain? Temen cewekku kan banyak. Dari dulu kakak kalo gak main ma aku, ya main ma temennya yang cowok...”

“Geshashasha, iyalah. Wajar kalo kakakmu ini main sama temennya yang cowok. Tapi baiklah, kakak janji, bakalan ngejagain kamu ma temen-temen cewekmu pas main nanti.” Fudo tersenyum.

“Janji ya kak. Tapi jangan ngejagain doank, ikutan main lah...” kata Asako sambil mengangkat jari kelingkingnya.

“Iya, janji.”  Jawab Fudo dengan tersenyum. Diraihnya jari kelingking Asako dengan jari kelingkingnya sambil mengucapkan kata Janji bersamaan dengan Asako.

Kemudian Fudo melanjutkan jalan-jalan paginya setelah berpamitan dengan Asako yang menuju ke pasar. Dia menatap langit, sudah cukup terang.

“Kak, kelupaan, nihh!” kata Asako sambil melempar sesuatu ke arah Fudo. Fudo agak bingung saat menangkapnya. “Kakak kan suka coklat, jadi tadi pagi aku iseng beliin di toko dekat rumah. Dimakan yahh.” Fudo tersenyum.

“Maaf, yang ini juga akan kuberikan untuk temanku.” Kata Fudo sambil berlari menjauh.

“Uuuuhhh, kakak Fudo jahat ihh.” Asako manyun. Fudo tiba-tiba berhenti sebentar. “Tapi makasih ya,” Fudo menggigit coklat itu. “Coklatnya enak sekali. Geshishishi...” Fudo tersenyum lebar dan kembali lari. Asako hanya tersenyum melihat tingkah kakaknya.

Fudo kemudian kembali ke rumahnya. Tapi sebelum pulang, dia mampir ke rumah temannya yang ada di sebelah.

“Ahh, hai Fudo,” kata anak itu. “Ada apa?”

“Ini aku bawakan makanan lagi, tapi maaf, udah kugigit sedikit.”

“Aku tahu aku sebatang kara, tapi kau tidak perlu memberikan semua yang kau dapat dari adikmu kepadaku Fudo-kun...”

“Geshishishishi, tak usah dipikirin, Fudo masih kenyang. Kau lebih membutuhkan susu dan coklat itu.” Kata Fudo sembari tersenyum lebar dan meninggalkan temannya itu.

“Hufh, dasar Fudo. Dan atas semua hal ini, dia menyuruhku untuk tidak memberitahukan alasannya pada adiknya? Gimana jadinya kalo adiknya ngambek?” kata anak itu sambil menggelengkan kepala dan tersenyum kecil.

This Post is created by Fudo~ All Post related to Japan's Entertainment Product

Artikel Chapter 001 - Fudo and His Little Sis ini dipublish oleh Fudo pada tanggal 12 Juni 2012. Jangan lupa tinggalkan komentar ya.. :D. Ada 2 komentar: di postingan Chapter 001 - Fudo and His Little Sis
 

2 komentar: