Fudo Jishida By Mif Hoeda (OPFCI) |
“Hahahahaha... kita akan segera mendatangi pasar budak. Kita berikan hadiah kita ini pada Tuan Dofla!! Hahahahaha!!!”
Fudo
hanya bisa terdiam. Dilihatnya dari jauh, penduduk desa terkapar tak
berdaya. Dia menangis. Dia takut akan kehilangan Asako dan penduduk desa
yang disayanginya. Fudo pun berusaha berdiri. Terlihat darah mengucur
deras dari keningnya.
“Huh! Masih hidup saja kau!” teriak Basco. “Bereskan dia!” perintahnya pada anak buahnya.
Salah
satu anak buah Basco berlari ke arah Fudo dengan menghunus pedang. Fudo
ketakutan, tapi dia tidak bisa banyak bergerak. Pedang pun diayunkan
tepat ke arah kepala Fudo. Fudo yang ketakutan, secara reflek mengangkat
tangannya untuk melindungi kepalanya.
Zappp!!!
Hah?
Apa yang terjadi? Pikir Fudo kebingungan. Semua anggota bajak laut
Basco tercengang. Anak buah Basco yang menghunus pedang tersebut
tiba-tiba tidak bergerak. Seperti patung, orang itu tidak bergerak sama
sekali, bahkan seperti tidak ada kehidupan di sana.
“Huh!
Aku lengah! Jadi ini kekuatan buah iblis yang kita dapat tadi? Apa
namanya? Yamu Yamu no Mi? Pantas saja dia tidak bisa bergerak.” Umpat
Basco kesal. “Semuanya! Tangkap anak kecil itu! Kita bisa menjualnya
dengan harga tinggi karena kekuatan buah iblisnya!”
Semua
anak buah Basco pun berlari menerjang. Fudo ketakutan. Tapi dia tahu
bahwa dia telah memiliki kekuatan baru yang bahkan dia sendiri belum
mempercayainya. Dia menghindar sambil menyentuh para pasukan bajak laut
itu satu per satu. Hingga semua anak buah Basco akhirnya berhenti
semuanya.
“Cuih!
Anak ingusan berhasil mengalahkan anak buahku! Huh!” umpat Basco kesal.
Basco pun berlari kencang ke arah Fudo. Diayunkannya rantai di
tangannya ke arah Fudo. Karena kecepatannya, Fudo tidak bisa menyentuh
rantai Basco. Fudo pun terlempar jauh. “Kakak! Kaburlah saja! Jangan
memaksakan diri! Kakak bisa mati!” teriak Asako sembari menangis.
Terlihat di keningnya, darah mengucur bekas dihajar Basco tadi.
“Apa
menurutmu aku akan mati begitu saja? Tidak. Apapun yang terjadi ku akan
hidup. Karena aku kakakmu, dan aku harus selalu ada untuk menjagamu.
Aku akan memenuhi janjiku untuk selalu menemanimu. Karena aku adalah
seorang kakak.” Fudo mengatakannya sembari tersenyum lebar ke arah
Asako. Itu bukan senyuman orang yang siap mati, melainkan senyuman pria
yang siap bertempur dengan nasib. Asako hanya bisa menahan tangis
melihat ketegaran kakaknya.
“Bocah yang menarik.”
Terdengar
suara entah darimana. “Siapa itu?” Basco celingukan mencari arah suara
itu. Yang dicari ternyata berada di langit, melompat turun entah
darimana. Bruak! Suara kakinya menapak tanah terdengar keras.
“Angkatan Laut!” teriak salah seorang anak buah Basco. “Tapi di mana kapal angkatan lautnya?”
“Aku
tidak sabar, makanya aku meminta bantuan seekor elang untuk membawaku
kemari. Kapalku masih jauh.” Kata orang itu. “Haaah, perjalanan terbang
yang melelahkan.”
“Meminta
tolong elang? Apa orang ini gila?” teriak anak buah Basco. “Tidak usah
banyak mulut. Seraaang!” teriak Basco memberi perintah.
“Artwork!
Taka (elang)!” teriak angkatan Laut itu sembari melompat ke langit.
Yang menyerang kebingungan. Mereka melihat ke atas. Mereka terkejut
melihat seekor elang menerbangkan angkatan laut tersebut.
Elang
itu tiba-tiba hilang. “Artwork! Shishi (singa)!” teriak angkatan laut
itu yang diikuti dengan munculnya seekor singa besar. Singa itu
menyerang para bajak laut kacangan itu. “Artwork! Kuma (Beruang)!” kali
ini beruang besar yang muncul menyerang bersamaan dengan hilangnya singa
tadi. Basco pun marah. Dia maju menyerangnya sendirian. Fudo, yang
sedang terluka parah, terpana melihat kekuatan angkatan laut tersebut.
“Bocah,
siapa namamu?” teriak angkatan laut itu pada Fudo. “Hah? Err, namaku
Fudo, Tuan!” jawab Fudo. “Fudo ya? Ingat baik-baik namaku. Aku Aruto
‘The Forest’, Letnan Angkatan Laut.” Kata angkatan laut tersebut dengan
berkharisma. Duakk! Tiba-tiba dia memukuli semua anak kecil termasuk
Asako hingga pingsan dengan kecepatan Soru, salah satu jurus dalam
beladiri angkatan laut, Rokushiki. Hanya Fudo yang dibiarkan sadar. “Apa
maksudmu?!” teriak Fudo marah. Kecewa karena seseorang yang dianggapnya
penolong malah menyakiti adiknya.
“Maafkan
aku nak, aku hanya tidak ingin ada saksi mata dalam aksiku ini.
Ngomong-ngomong, kau punya kekuatan Buah Iblis bukan?” kata Aruto pada
Fudo. “Buah Iblis? Maksud anda sesuatu tentang Yamu Yamu yang mereka
sumpalkan padaku itu?” jawab Fudo.
“Ya. Sepertinya kekuatanmu menarik. Artwork! Fudo!”
_______________________
“...
dan tidak ada yang tahu kejadian setelahnya. Saat Fudo sadar, semuanya
selamat. Tapi sayangnya, Asako menghilang. Tidak ada seorang pun yang
tahu keberadaannya. Saat Letnan Aruto membawa Bajak Laut Basco ke kapal
yang menyusulnya beberapa saat setelah itu, Tuan Takeyama terbangun dan
melihatnya. Tapi Asako tidak ada di manapun. Tuan Takeyama yang setengah
sadar setelah dihajar Basco bersama yang lain, tidak sengaja melihat ke
arah Letnan Aruto, dan saat itu Letnan Aruto berkata, ‘Maafkan.... a...
ku tidak... men... jaga anak.... itu’. Pak Takeyama hanya bisa
mendengarnya samar-samar. Dia menganggap bahwa Asako sudah mati. Kami
pun beranggapan sama. Saat kami menceritakannya pada Nak Fudo, dia
menangis sangat keras seharian.”
“Beruntung,
kain yang biasa dikenakan Asako di kepalanya tergeletak di tanah saat
itu. Mungkin terjatuh. Berkatnya, Fudo bisa mengenang adik kesayangannya
itu. Dan kain itu sekarang selalu dikenakan di lehernya.” Cerita bibi
itu panjang lebar.
“Waw, di balik Kak Fudo yang jahil, ternyata tersembunyi kisah yang menyedihkan.” Kata Ranko.
“Iya, tapi entah kenapa dia selalu tersenyum.” Heran Emi.
“Itulah
nak Fudo, dia sudah belajar tegar semenjak ayahnya pergi dari desa ini.
Dan setelah kejadian itu, dia dikaruniai kekuatan iblis, yang
membuatnya dengan mudah diterima sebagai Angkatan Laut.” Terang bibi itu
sembari tersenyum.
“Semuanya!
Fudo berangkat yaa!” Fudo melambai ke arah pantai. “Fudo akan menjadi
Marine yang hebat di tempat Fudo yang baru! Meski berangkat sendirian,
Fudo yakin Fudo sanggup melewati ganasnya Grand Line! Karena itulah
latihan yang diberikan padaku sebagai bukti aku sanggup menjadi Marine
yang hebat di tempatku yang baru!” Fudo berteriak sembari tersenyum.
Bibi
yang tadi bercerita tersenyum, “Dasar anak yang merepotkan, ibu tidak
membesarkanmu untuk jadi orang yang gagal, Fudo. Suamiku, Ayahmu,
mungkin akan menemuimu suatu saat nanti, di lautan sana.” Bisik ibu tadi
sembari meneteskan air mata.
Fudo
melepas kain yang melilir di lehernya. Kain itu kemudian diangkatnya ke
atas, sembari berteriak, “Asako! Lihatlah kakakmu ini! Fudo janji, Fudo
akan terus menjaga semua perempuan di dunia ini, seperti janjiku
padamu! Meski kakak tidak bisa menjagamu, tapi kakak masih bisa menjaga
semua teman-temanmu!” Fudo tersenyum, matanya berkaca-kaca.
“Yamu Yamu no Yipppiee!!! Waktunya berlayar!!!”
“kakak janji, bakalan ngejagain kamu ma temen-temen cewekmu”
-Bagian 01- TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar