[My Short Stories] 002 - I wanna be...



Fudo Jishida
by Tony Indrawan (OPFC)
“Jawab jujur, apa maksud kedatanganmu kemari?” Tanya Mif dengan berteriak. Yang ditanya hanya diam tak menjawab.

“Kau Fudo dari Angkatan Laut kan? Jawab!” teriak Mif lebih kencang, tapi Fudo masih diam saja dengan posisi seiza*. Tangan dan kakinya diborgol untuk mencegahnya melakukan hal yang tidak-tidak.

Mif mulai kesal, dari tadi yang ditanya hanya menoleh ke kanan dan ke kiri seakan mencari sesuatu. Mif yang menghadapinya sendirian sejak awal tidak bisa mendapatkan apa-apa darinya.

“Aku menyerah kapten, dia seperti orang bisu.” kata Mif sembari meninggalkan Fudo dan berjalan ke arah sang Kapten yang sedang duduk mengamati dari persinggahannya.

“Hem, biarkan saja dia dulu. Cepat atau lambat dia pasti mau bicara.” Kata Sang Kapten.

“Ahh! Itu dia!” teriak Fudo tiba-tiba saat melihat Decky keluar dari kabin membawa sebuah keranjang berisi tumpukan pakaian. Sepertinya untuk dicuci.

Fudo kemudian melompat ke arah Decky, mati-matian berusaha bergerak dengan kaki dan tangannya yang diborgol. Decky yang terkaget melemparkan keranjang yang dibawanya tadi ke arah Fudo. Fudo kemudian mengacak-acak tumpukan pakaian itu seperti ayam sedang mengais-ngais makanan, tapi ini dengan mulutnya.

“Umm, hihi hiya hehemu! (umm, ini dia ketemu!)” teriak Fudo dengan mulut tersumpal kain warna biru. Tiba-tiba Fudo terlihat senang sekali, seperti seekor anjing yang mendapatkan tulang.

“Hahi, hapa yang hari hahi hau hiharahan, tuan tuhuh hehar? (Jadi, apa yang dari tadi kau bicarakan, tuan tubuh kekar?)” kata Fudo sembari menoleh, atau tepatnya berguling menghadap ke arah Mif. Suaranya tidak jelas karena mulutnya masih tersumpal kain biru itu. Mif hanya melongo.

“Hup! Maafkan aku, tadi aku berusaha mencari-cari syal ini. Syal ini sangat berharga bagiku. Ini adalah harta karunku.” Jelas Fudo sambil tersenyum lebar. Terlihat gigi-giginya yang putih bersih itu. Dia telah melepaskan syal biru itu dan kembali ke posisi seiza. “Jadi, apa yang tadi kau katakan padaku, tubuh kekar?”

“Dari tadi aku bertanya padamu, apa tujuanmu kemari?” kata Mif dengan menempelkan telapak tangannya ke muka. Facepalm.

“Eng?” Fudo agak kebingungan. Tiba-tiba dia terkaget mendapati dia sudah tidak mengenakan seragam Angkatan Laut melainkan hanya berkaos putih dan celana biru panjang.

“Itu pakaian dari kami, kau semalam berkeringat, jadi dokter kapal kami mengganti pakaianmu.” Kata Mif menjelaskan.

“Kapal? Jadi sekarang ini aku berada di dalam sebuah kapal?” Fudo melihat sekeliling, mencoba memastikan dia berada di mana. Terlihat di atas sana berkibar bendera bajak laut, simbol X-Cream Pirates. “Ehh? Aku sudah berada dalam kapal X-Cream? Yatta!! Bhatara-aniki mana? Bhatara-aniki!!” Fudo terlihat senang, dia memanggil-manggil nama Bhatara.

“Eng… anu.. eh? A-aku.. aniki?” yang dipanggil tiba-tiba muncul entah darimana, kebingungan. Sedikit menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

“Ahh, Bhatara-aniki!” Fudo berusaha berdiri dengan kondisinya yang diborgol itu. “Izinkan aku bergabung dengan kru bajak lautmu!” katanya sembari membungkukkan badan.

“Ehh? Eng… anu, aku bukan kapten, aku hanya dokter kapal ini. Anu… itu… kaptennya ada di sana.” Kata Bhatara sambil menunjuk ke arah Jessie.

“Ehh? Ehh? Ehh? Jadi kaptennya anak kecil itu?” kata Fudo heran. Tapi tiba-tiba dia pun terjatuh.

“Siapa yang kakak sebut anak kecil tadi?” kata Jessie ke arah Fudo, kesal. Tapi sayangnya yang ditanyai sudah pingsan.

“Eng.. Kapten? Kapten gunakan haki padanya? Itu…” Bhatara menggesekkan ibu jari dan telunjuknya. Heran melihat kaptennya yang langsung menggunakan haki pada Fudo.

-------

“Apa? Jadi kak Fudo ingin bergabung dengan X-Cream Pirates kita?” kata Decky tak percaya. “Jadi dia jauh-jauh ke sini hanya untuk bergabung dengan kita?”

“Ya, begitulah. Dia bilang seperti itu, tapi aku sendiri masih meragukannya.” Jelas Mif kepada Decky. Orang yang sedang dibicarakan kini sedang mengepel geladak kapal Campina Champion.

“Kenapa harus tidak percaya? Tidak ada salahnya mempercayai seseorang-roo. Mempercayai seseorang tidak akan mengurangi kehidupanmu.” Rezha yang tengah duduk di sisi kapal tiba-tiba menyahut sembari memetik gitar kesayangannya. Terlihat sang angin berhembus pelan meniup rambut Rezha.

“Aku sependapat.” kata Decky. “Aku tidak merasa kak Fudo berbohong. Lihat saja gimana usahanya untuk sampai ke kapal ini, dan semua itu dilakukannya demi bergabung dengan kita.” tambahnya.

Fudo yang dimaksud saat ini sedang membersihkan dan mengelap daerah sekitar kemudi. Tanpa merasa bahwa dia dicurigai, dia terus bersenandung dan terlihat senang melakukannya. Syal biru kesayangannya terus terikat di lehernya bersama dengan seragam angkatan lautnya. Angin semilir meniup syal biru miliknya pelan. Sejuk.

“Lihat dia. Bertindak seolah-olah senang melakukannya. Pasti dia hanya berakting.” Kata Mif sinis.

“Sudahlah Mif, kita lihat saja nanti. Kalau memang dia datang pada kita untuk berkhianat, kapten kita cukup kuat untuk menghabisinya, aku yakin.” Ucap Decky tersenyum kecil. “Lagipula, tidak ada salahnya kita mempercayainya.”

“Cih.” Mif berlalu pergi. Rezha masih mendendangkan lagu merdu dan bernyanyi kecil. Decky yang ditinggal Mif sendirian menatap Fudo yang masih membersihkan kapal.

“Hemm, apa tidak apa-apa ya mempercayainya begitu saja?” pikir Decky dalam dirinya.

“I wanna be your Nakama!” kata Bhatara saat berjalan keluar dari kabin, menghampiri Decky. “Eng… Itu yang diteriakkannya pada kapten saat dia tahu bahwa Jessica itu kapten kita.” Jelas Bhatara pada Decky. Sambil menggesekkan ibu jari dan telunjuknya, Bhatara meneruskan, “Itu… dia bilang dia akan melakukan apapun, asalkan bisa bergabung dengan kita, dan inilah dia, melakukan semua pekerjaan yang selama ini jarang kita lakukan, eng… membersihkan kapal.

“Eng… tadi itu… kapten kita tidak mengatakan apa-apa saat itu. Kapten hanya berkata, ‘lakukan semaumu’ pada Fudo. Kapten Jessie sepertinya tidak terlalu mempedulikan keberadaan Fudo. Atau mungkin Kapten telah mempercayainya? Aku sih belum bisa… percaya padanya, si Fudo itu.” Lanjut Bhatara. Decky mengangguk-angguk saja mendengarkan.

“Anu… aku naik dulu ke atas deh, barangkali kita sudah dekat ke pulau berikutnya.” Kata Bhatara meninggalkan Decky yang kemudian dilanjutkan menaiki tiang kapal dengan kecepatan tinggi. Terlihat Bhatara sudah di atas sana, melihat sekeliling.

Decky mengalihkan pandangannya ke arah lautan lepas yang tenang. Mif sepertinya mulai berlatih di dalam kapal, melakukan Sit-up dan kayang secara simultan. Rezha masih mendendangkan lagu dan bernyanyi-nyanyi kecil selagi sang Kapten menikmati es krim kesukaannya di ujung kapal yang lain, tak bersuara sejak Fudo mulai membersihkan kapal. Sepertinya Jessie pun agak ragu menerima Fudo ke dalam kapal. Bhatara sedang berada di atas melihat sekeliling sedangkan Fudo di bawah sedang mengepel kapal. Tidak lama setelah itu, tiba-tiba……

“A-ada kapal angkatan laut di arah jam 11!” teriak Bhatara mengagetkan semuanya. Semua memandang ke arah yang ditunjukkan Bhatara.

“Fudo! Hei, keparat! Apa maksudnya ini?” teriak Mif pada Fudo.

“Ada dua orang yang sepertinya cukup kuat di kapal itu…” kata Jessie. “Aku merasakannya, dua orang di antara mereka yang datang kemari itu bukanlah orang biasa.”

“Fudo! Kau yang membawa mereka bukan? Hei, jawab!” Mif berteriak makin kencang ke arah Fudo.

Fudo sendiri terlihat gemetaran memandang ke arah yang dimaksud Bhatara. Terlihat jelas sekali keringat bercucuran dari pelipisnya. Dia pun jatuh berlutut, ketakutan…

-------

--BERSAMBUNG--

This Post is created by Fudo~ All Post related to Japan's Entertainment Product

Artikel [My Short Stories] 002 - I wanna be... ini dipublish oleh Fudo pada tanggal 05 September 2012. Jangan lupa tinggalkan komentar ya.. :D. Ada 0 komentar: di postingan [My Short Stories] 002 - I wanna be...
 

0 komentar:

Posting Komentar